Jakarta, Suara-Muslim.Com
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menyampaikan orasi ilmiah bertajuk “Urgensi Kajian Islam Nusantara” dalam acara peluncuran Pascasarjana Program Magister studi Islam Nusantara, STAINU Jakarta, Rabu (3/7) tadi malam di aula PBNU, Jakarta Pusat.
Menurut Kang Said, saat ini Nusantara memang menjadi kajian penting yang diminati banyak kalangan, sejalan dengan semakin strategisnya kawasan in idalam percaturan geopolitik internasional.
“Di tengah dinamika itu, sangat tepat kalau saat ini STAINU Jakarta membuka program studi kajian Islam Nusantara. Langkah ini penting untuk memahami bahwa Islam telah lahir dan bergumul serta berakar pada perpektif Nusantara sendiri, bukan persektif Barat atau Arab,” kata Kang Said yang baru merayakan ulang tahunnya yang ke-60.
"Islam Nusantara adalah Islam yang sudah paripurna, karena terbentuk dari dialog antarbudaya di berbagai peradaban besar dunia seperti Persia, Turki, India, Cina Siam dan sebagainya,” tambahnya.
Walaupun Islam yang masuk ke Nusantara telah berdialog dan bergumul dengan berbagai budaya besar di dunia, tetapi otentisitas kemurniannya tetap terjaga. Apalagi dalam tradisi Ahlussunnah wal Jama’ah yang berkembang di Nusantara, yang menekankan pentingnya sanad atau ketersambungan mata rantai keilmuan sampai kepada Nabi Muhammad SAW.
Ditambahkan, “Nusantara” yang menjadi satu kajian penting bukan sekedar konsep geografis melainkan sebuah konsep filosofis dan menjadi perspektif, pola pikir tata nilai, dan cara pandang dalam menghadapi berbagai budaya yang datang.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menyampaikan orasi ilmiah bertajuk “Urgensi Kajian Islam Nusantara” dalam acara peluncuran Pascasarjana Program Magister studi Islam Nusantara, STAINU Jakarta, Rabu (3/7) tadi malam di aula PBNU, Jakarta Pusat.
Menurut Kang Said, saat ini Nusantara memang menjadi kajian penting yang diminati banyak kalangan, sejalan dengan semakin strategisnya kawasan in idalam percaturan geopolitik internasional.
“Di tengah dinamika itu, sangat tepat kalau saat ini STAINU Jakarta membuka program studi kajian Islam Nusantara. Langkah ini penting untuk memahami bahwa Islam telah lahir dan bergumul serta berakar pada perpektif Nusantara sendiri, bukan persektif Barat atau Arab,” kata Kang Said yang baru merayakan ulang tahunnya yang ke-60.
"Islam Nusantara adalah Islam yang sudah paripurna, karena terbentuk dari dialog antarbudaya di berbagai peradaban besar dunia seperti Persia, Turki, India, Cina Siam dan sebagainya,” tambahnya.
Walaupun Islam yang masuk ke Nusantara telah berdialog dan bergumul dengan berbagai budaya besar di dunia, tetapi otentisitas kemurniannya tetap terjaga. Apalagi dalam tradisi Ahlussunnah wal Jama’ah yang berkembang di Nusantara, yang menekankan pentingnya sanad atau ketersambungan mata rantai keilmuan sampai kepada Nabi Muhammad SAW.
Ditambahkan, “Nusantara” yang menjadi satu kajian penting bukan sekedar konsep geografis melainkan sebuah konsep filosofis dan menjadi perspektif, pola pikir tata nilai, dan cara pandang dalam menghadapi berbagai budaya yang datang.
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar
Posting Komentar